Monday, September 14, 2009

Jerman Berikan Penghormatan “Pahlawan” Kepada Syuhada Jilbab Alam Islami

BERBEDA DENGAN BELGI, DI JERMAN DUKUNGAN TERHADAP JILBAB ITU ADA, SEPERTI BERITA BERIKUT


Kota Dresden berencana memberi nama salah satu jalan setelah kematian Marwa Al-Sherbini.

Kota Dresden berencana memberi nama salah satu jalan setelah kematian Marwa Al-Sherbini.

dakwatuna.com – Berlin. Bagian timur kota Dresden, di mana seorang wanita warga negara Mesir yang mengenakan jilbab ditikam sampai syahid oleh seorang rasis, berencana untuk memberikan penghormatan kepada wanita tersebut. Wanita yang sedang hamil tersebut dibunuh sehingga menyulut kemarahan dunia Islam dan mengguncang masyarakat Jerman.

“Sebuah pertemuan dengan perwakilan kota dan Pusat Dewan Islam (Central Council of Muslims) diatur pekan depan untuk menentukan bagaimana kita dapat memberikan penghormatan kepadanya”, ujar Kai Schulz, juru bicara Walikota Dresden kepada Agence France Presse (AFP) pada Selasa kemarin (14/7).

Marwa Al-Sherbini, 32 tahun, telah ditikam hingga mati oleh seseorang berusia 28 tahun asal Jerman asli Rusia dalam ruang sidang di Dresden pada hari Rabu (1/7). Orang ini menikam Al-Sherbini yang sedang hamil sebanyak 18 kali sebelum wanita tersebut bersaksi melawan dia karena melecehkan dan mengganggunya hanya karena mengenakan jilbab. Sedangkan suami Al-Sherbini, yang telah berusaha menyelamatkan istrinya, terluka oleh pelaku penyerangan dan penjaga keamanan yang mengasumsikan suami Al-Sherbini adalah penyerangnya.

“Kami berpikir untuk memberi nama salah satu jalan di kota setelah kematian dia” kata petugas imigrasi Dresden, Marita Schieferdecked-Adolph.

Pejabat mengatakan mereka akan mendiskusikan cara untuk menghormati Al-Sherbini dengan keluarganya.

Tetapi di Kairo, ayah Al-Sherbini yang merasa putus asa, hanya mengajukan satu permintaan kepada pihak berwenang di Jerman.

“Hukuman mati bagi pembunuh putri saya”, ujarnya kepada harian Bild Daily.

“Dan polisi yang menembak menantu saya harus menerima hukuman setinggi mungkin”.

Dia menyesali reaksi dari otoritas Jerman atas pembunuhan brutal terhadap anaknya tersebut.

“Kami pertama kali mengetahui kematian Al-Sherbini melalui teman. Pihak otoritas Jerman tidak pernah mengatakannya kepada kami”.

“Itu adalah bentuk tidak bertanggungjawabnya mereka dan menunjukkan bahwa mereka tidak peduli.”

Pahlawan

Kematian Al-Sherbini disebarkan melalui masyarakat Jerman di mana banyak orang yang mengalami kejahatan dan berbagai akibatnya.

Awal pekan ini, lebih dari 1000 orang, termasuk pejabat pemerintah, bergabung dalam sebuah peringatan terbuka, yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok hak-asasi sipil, dalam rangka pengormatan kepadanya. Banyak mawar putih yang ditaruh sepanjang jalan balai kota Dresden.

Al-Sherbini, seorang apoteker, terus menarik simpati dan solidaritas dari berbagai warga Jerman.

“Kau adalah seorang pemberani, wanita yang percaya diri. Kau tidak membiarkan lelaki yang memanggilmu ‘muslim pelacur’ dan ‘teroris’ … pergi begitu saja dengan kata-katanya”, seorang kolumnis Franz Josef Wagner menulis dalam sebuah surat untuk Al-Sherbini yang dipublikasikan harian Bild.

“Kamu mungkin akan masih hidup hari ini jika kamu membiarkan lelaki tersebut sebagai seorang idiot, dan membiarkan jiwa rasisnya. Kamu tidak melakukan semua itu karena kamu bukanlah penakut”, tulis Wagner.

“Kamu tidak diintimidasi. Kamu adalah seorang muslim yang bangga. Kamu mati karena kamu menolak untuk dihina. Kau adalah pahlawanku”. (iol)
sumber www.dakwatuna.com

No comments:

Post a Comment